PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu linguistik sering
juga disebut linguistik umum (general linguistic). Artinya, ilmu
linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja seperti bahasa Jawa
atau bahasa Arab, melainkan pengajian
seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial
milik manusia. Dalam bahasa Indonesia kata linguistik
bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa, tetapi juga berarti bahasa itu sendiri
atau mengenai bahasa.
Sebagai ilmu, linguistik juga sudah mempunyai sejarah yang panjang. Pada
dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmu linguistik telah mengalami tiga tahap
perkembangan, yaitu dari tahap pertama yang disebut tahap spekulasi, tahap kedua
disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga disebut tahap
perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa
tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan
belaka. Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap
ketiga, dinamakan bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan
diklasifikasi tetapi juga dibuatkan oleh teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik penuh dengan berbagai aliran, paham,
pendekatan, dan teknik penyelidikan. Dalam perkembangannya, mulai dari zaman
Yunani sampai istilahnya linguistik modern banyak terjadi pertentangan para
linguis mengenai studi bahasa. Masing-masing zaman muncul beberapa tokoh yang
mempunyai peranan besar dalam studi bahasa tersebut.
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Linguistik
Secara garis besar, Perkembangan Linguistik
terbagi menjadi dua periode, yaitu periode linguistik tradisional dan periode
linguistik modern.
B. Linguistik
Tradisional
Dalam linguistik istilah tradisional sering dipertentangkan dengan istilah struktural. Sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisonal dan tata stuktur. Tata tradisonal menganalisis
bahasa berdasarkan sifat dan semiotik, sedangkan tata bahasa stuktural berdasarkan stuktur atau ciri-ciri
formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Terbentuknya tata bahasa tradisional yang
telah melalui masa yang sangat panjang, mulai dari zaman Yunani sampai masa
menjelang munculnya linguistik modern di sekitar abad ke-19.
1.
Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu
dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi, kurang
lebih sekitar 600 tahun. Masalah
pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para
linguis pada waktu itu adalah, (1)
pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2)
pertentangan antara analogi dan anomali.
Beberapa kaum atau tokoh yang mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman
yunani.
1.1.
Sophis
Muncul pada abad ke-5 sebelum masehi mereka terkenal dalam studi bahasa, antara lain:
a.
Melakukan kerja secara empiris.
b.
Melakukan kerja secara pasti dengan mengunakan ukuran-ukuran tertentu.
c.
Sangat mementingkan petorika dalam studi bahasa.
d.
Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah seorang tokoh sophis, phytagoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi tanya, kalimat
jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, do’a dan undangan. Tokoh lain
Gorgias menbicarakan gaya bahasa.
1.2.
Plato (429-347 Sebelum Masehi )
Dalam studi bahasa Plato
menjadi terkenal karena:
a. Memperdebatkan analogi dan anomali bukunya diolog, juga mengemukakan masalah bahasa alami dan bahasa
konvensial.
b. Menyadarkan batasan bahasa yang berbunyi: bahasa adalah meyatakan pikiran manusia dengan perantara onomata dan rhemata.
c. Orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.
Onoma ( bentuk tunggalnya onomata ) berarti nama dalam sehari-hari
nomina, nominal dalam istilah bahasa, subjek dalam hubungan subjek logis,
sedangkan rhema berarti ucapan sehari-hari, verba dalam istilah
bahasa, prediket dalam hubungan predikat logis, keduanya merupakan anggota
logis, yaitu kalimat atau klausa.
1.3.
Aristoteles
Dalam studi bahasa Aristoteles terkenal karena:
a. Menambahkan satu kelas lagi yaitu syndesmoi. Menurutnya
ada tiga macam kelas kata yaitu onoma, rhema,dan syndesmoi. Syndesmoi yaitu kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubung
sintaksis (sama dengan reposisi dan konjungsi).
b. Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga yaitu, maskulin feminin, dan neutrum.
1.4.
Kaum Stoik
Adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permula abad ke-4 SM.terkenal karena:
a.
Membedakan studi bahasa
secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
b.
Menciptakan istilah-istilah kuhsus untuk studi bahasa.
c.
Membedakan komponen utama dan studi bahasa yaitu (1) tanda, simbol, sign atau semainon: (2) makna, apa yang sebut semainomen atau lekton: (3) hal-hal di luar bahasa yakni benda atau situasi.
d.
Membedakan legein, yaitu bunyi yang
merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.
e.
Membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata
kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang
menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
f.
Membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tidak
komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.
1.5.
Kaum Alexandrian
Kaum alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa, dari
mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang bisebut tata bahasa dionysius
thrax. Buku itu sering disebut tata bahasa tradisonal. Jadi cikal bakal tata
bahasa tradisonal berasal dari buku dionysius thrax.
2.
Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman yunani,
sejarah jatuhnya Yunani, dan munculnya zaman Romawi:
Ø Varro dan “de lingua latina”
Dalam bukunya “De
Lingua Latina”, Varro masih memperdebatkan masalah analogi dan anomali buku ini dibagi dalam
bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis.
a. Etimologi, adalah cabang
lingustik yang meyelidiki asal usul kata beserta artinya,
dan perubhan bunyi misalnya, kata duellum menjadi belum yang
artinya perang. perubahan makna misalnya kata hostis yang semula
berarti orang asing kemudian menjadi musuh.
b. Morfologi, adalah cabang lingustik yang mempelajari kata
dan pembentukannya menurut Varro kata adalah bagian dari ucapan tidak dapat dibedakan lagi, yang nerupakan
bentuk minimum. Varro membagi tiga kelas kata latin dalam empat bagian, yaitu :
1.
Kata benda, termasuk kata sifat yakni kata yang berinfleksi kasus.
2.
Kata kerja, kata yang membuat peryatan yang berinfleksi tense.
3.
Partisipel, kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan
kata kerja ) berinfleksi kasus dan tense.
4.
Adverbium, kata yang mendukung (anggota bawah dari kata kerja) tidak
berinfleksi.
Tentang kasus dalam bahasa
latin menurut Varro ada enam, yaitu: (1)nominativus, yaitu bentuk
primer atau pokok; (2) genetivus, yaitu bentuk yang menyatakan
kepunyaan; (3) dativus, yaitu bentuk yang menyatakan menerima;
(4)akusativus, yaitu bentuk yang menyatakan objek; (5) vokatikus, yaitu
bntuk sebagai sapaan atau panggilan; dan (6) ablativus, yaitu
bentuk yang menyatakan asal.
Ø Institutiones
Grammaticae
(tata bahasa Priscia)
Buku Priscia ini merupakan buku tata bahasa
latin yang paling lengkap dan merupakan tonggak pembicaraan bahasa tradisional.
Buku ini berisikan tentang:
a.
Fonologi : membicarakan istilah
Litterae (yaitu bagian terkecil bunyi yang dapa diartikan)
b.
Morfologi: membicarakan istilah Dictio (yaitu bagian minimum ujaran yang
harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan).
c.
Sintaksis: membicarakan istilah Oratio (yaitu tata susun kata berselaras
yang menunjukkan kalimat itu selesai)
3.
Zaman Pertengahan
Yang dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain :
a.
Peranan Kaum Modistae
Masih membicarakan pertentang fisis dan nomos dan pertentangan antara
analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut mereka
bahasa itu bersifat leguler dan bersifat unversal.
b.
Tata Bahasa Spekulativa
Menurut tata bahasa spektulativa kata tidak secara
langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili
hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi,
kualitas, dan sebagainya.
c.
Perus Hispanus
Perannya dalam linguistik :
1. Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.
Membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi yaitu pembedaan
pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
2.
Membedakan nomen atas dan macam, yaitu nomen substan tivum dan nomen
adjectivum.
3.
Membedakan partes dan orationes categoremetik dan syntategorematik
4.
Zaman Renaisans
Dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern.
Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang menonjol :
1. Penguasaan bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu
(Latin, Yunani, Ibrani, Arab).
2.
Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya
juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan
juga perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak di pelajari orang pada akhir abad
pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas
Paris. Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai
bahasa Kitab Suci agama Islam, yaitu Al-Qur’an, yang menurut pendapat
kebanyakan Ulama Islam tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa lain.
Ada 2 aliran Linguistik Arab:
1.
Aliran Basra (mendapat pengaruh konsep dari zaman Yunani) sehingga mengacu pada kereguleran dan
kestatisan bahasa. Ad-Duali menjadi pelopor aliran bahasa Bashrah. Meski
demikian, banyak peneliti yang menyebut bahwa Al-Khalil bin Ahmad adalah
pendiri sintaksis Arab. Usaha Al-Khalil inilah yang kemudian dipakai Sibawaih
dalam merumuskan sintaksis tradisional.
2.
Aliran Kufah (menganut paham anomali) mengacu pada keanekaragaman bahasa. Didirikan oleh Abu
Ja’far Al-Ru’asih yang merupakan murid dari Isa bin Umar dan Abu Amr bin A’la.
Tokoh terpenting dalam aliran ini adalah al-Kisa’i(189 H) dan al-Farra’ (206 H)
Tokoh Arab Sibawaihi, dalam bukunya Al-‘Ayn,
membagi kata menjadi : ismun (nomen), fi’lun (verbum), harfun (partikel). Sementara itu, disisi lain, bahasa Eropa, serta bahasa diluar
Eropa, lingua franca (bahasa antarbangsa) digunakan untuk kegiatan politik,
perdagangan dan sebagainya.
Selain 2 aliran besar ini mencul
pula aliran Baghdad yang berusaha menengahi antara 2 kubu dan memilih pendapat
yang terbaik diantara keduanya. Aliran Baghdad dipelopori oleh Ibn Kaisan (299
H) danal-Zajjaji (337 H) dan Abu Ali al-Fasi.
5.
Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai bapak Linguistik Modern. Masa antara
lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman reneisans ada satu
tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap
sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara
bahasa sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman
lainnya.
C. Linguistik
Modern
1.
Linguistik Abad 19
Pada abad 19
bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam
pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang
dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa.
Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan
fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah
bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari
bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di
antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri
berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.
Untuk
mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode
komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun
hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur
fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok
Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan
kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun
bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1.
Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran,
Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2.
Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani,
Etiopia.
3.
Rumpun
Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4.
Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari,
Malayalam.
5.
Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia:
bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6.
Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung,
Munda, Annam.
7.
Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar),
Samoyid.
8.
Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu,
Jepang, Korea.
9.
Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10.
Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai,
Tibeto-Burma.
11.
Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara,
Kaukasus Selatan.
12.
Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya
Sioux, Hokan.
13.
Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua,
Australia dan Kadai.
Ciri linguistik
abad 19 sebagai berikut:
1.
Penelitian bahasa dilakukan terhadap
bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun non Roman.
2.
Bidang utama penelitian adalah linguistik
historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari
bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari
induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata
dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai
keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang
dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa
dalam bahasa Italia dan Spanyol.
3.
Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa
yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian
tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.
4.
Linguistik Abad 20
Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa
saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika
(bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa
Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:
1.
Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika,
Afrika, dan Asia.
2.
Pendekatan dalam meneliti bersifat
strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga
cukup menonjol.
3.
Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan
pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas
mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.
4.
Penelitian teoretis sangat berkembang.
5.
Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi
penelitian antardisiplin juga berkembang.
6.
Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan
sinkronis
Keberhasilan
kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi
pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure.
Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga
seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap
sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti
kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok
pemikiran Saussure:
1.
Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa
tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2.
Linguistik bersifat deskriptif, bukan
preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas
mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan
memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3.
Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis
seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah,
penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4.
Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang
bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya
merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga
berubah.
5.
Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek
penelitian.
6.
Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan
mempunyai struktur.
7.
Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang
terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue)
dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8.
Dibedakan antara hubungan asosiatif dan
sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan
antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna.
Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan
mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
Gerakan
strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa
di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa
dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari
bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur
bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas
Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya
para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang
ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis
sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language
(1867).
Tokoh
linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942).
Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar
di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian
languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut
terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang
digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah
berjudul International Journal of American Linguistics.
Pengikut Boas
yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli
antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang
fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa.
Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa
Indian.
Pemikiran Sapir
berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah
dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun
1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya
juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic
Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku
Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa,
yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh
Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik
drill.
Dalam bukunya
Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir
berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat
fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan
penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut
kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.
Bloomfield
beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun.
Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa
deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian
telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah
itu. Bloomfield
berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan
tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem
hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata
bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata
bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap
gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu
satuan yang disebut tagmem.
Murid Sapir
lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis
segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis,
sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap
analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in
Structural Linguistics (1951). Ahli linguistik
yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang
mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957),
yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori
transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya
melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena
pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori
ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968
sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun
1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and
binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Linguistik dipenuhi dengan
berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar
tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan. Namun semua itu
akan menambah wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Abd.
Syukur Ibrahim, dkk. 1985. Aliran-Aliran Linguistik. Surabaya. Usaha Nasional
Hidayatullah, Moch. Syarif.2012.
Cakrawala Lingistik Arab. Tanggerang Selatan. Al-kitabah.
http://nurulsimois.wordpress.com/2012/01/21/linguistik-dan-sejarahnya/
0 komentar:
Posting Komentar