Jumat, 04 September 2015

SEJARAH LINGUISTIK




PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab,  melainkan pengajian seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Dalam bahasa Indonesia kata linguistik bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa, tetapi juga berarti bahasa itu sendiri atau mengenai  bahasa.
Sebagai ilmu, linguistik juga sudah mempunyai sejarah yang panjang. Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmu linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama yang disebut tahap spekulasi, tahap kedua disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga disebut tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dinamakan bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi tetapi juga dibuatkan oleh teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik penuh dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan. Dalam perkembangannya, mulai dari zaman Yunani sampai istilahnya linguistik modern banyak terjadi pertentangan para linguis mengenai studi bahasa. Masing-masing zaman muncul beberapa tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa tersebut.







PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Linguistik
Secara garis besar, Perkembangan Linguistik terbagi menjadi dua periode, yaitu periode linguistik tradisional dan periode linguistik modern.
B.     Linguistik Tradisional
Dalam linguistik istilah tradisional sering dipertentangkan dengan istilah struktural. Sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisonal dan tata stuktur. Tata tradisonal menganalisis bahasa berdasarkan sifat dan semiotik, sedangkan tata bahasa stuktural berdasarkan stuktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Terbentuknya tata bahasa tradisional yang telah melalui masa yang sangat panjang, mulai dari zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern di  sekitar abad ke-19.

1.      Zaman Yunani
            Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah, (1) pertentangan antara  fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali.
Beberapa kaum atau tokoh yang mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman yunani.
1.1.   Sophis
Muncul pada abad ke-5 sebelum masehi mereka terkenal dalam studi bahasa, antara lain:
a.       Melakukan kerja secara empiris.
b.      Melakukan kerja secara pasti dengan mengunakan ukuran-ukuran tertentu.
c.       Sangat mementingkan petorika dalam studi bahasa.
d.      Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.

Salah seorang tokoh sophis, phytagoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, do’a dan undangan. Tokoh lain Gorgias menbicarakan gaya bahasa.

1.2.   Plato (429-347 Sebelum Masehi )
Dalam studi bahasa Plato menjadi terkenal karena:
a.       Memperdebatkan analogi dan anomali bukunya diologjuga mengemukakan masalah bahasa alami dan bahasa konvensial.
b.       Menyadarkan batasan bahasa yang berbunyi: bahasa adalah meyatakan pikiran manusia dengan perantara onomata dan rhemata.
c.       Orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.
Onoma ( bentuk tunggalnya onomata ) berarti nama dalam sehari-hari nomina, nominal dalam istilah bahasa, subjek dalam hubungan subjek logis, sedangkan rhema berarti ucapan sehari-hari, verba dalam istilah bahasa, prediket dalam hubungan predikat logis, keduanya merupakan anggota logis, yaitu kalimat atau klausa.

1.3.  Aristoteles
Dalam studi bahasa Aristoteles terkenal karena:
a.       Menambahkan satu kelas lagi yaitu syndesmoi. Menurutnya ada tiga macam kelas kata yaitu onoma, rhema,dan syndesmoi. Syndesmoi yaitu kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubung sintaksis (sama dengan reposisi dan konjungsi).
b.      Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga yaitu, maskulin feminin, dan neutrum.

1.4.  Kaum Stoik
Adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permula abake-4 SM.terkenal karena:
a.       Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
b.      Menciptakan istilah-istilah kuhsus untuk studi bahasa.
c.       Membedakan komponen utama dan studi bahasa yaitu (1) tandasimbol, sign atau semainon: (2) makna, apa yang sebut semainomen atau lekton: (3) hal-hal di luar bahasa yakni benda atau situasi.
d.      Membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.
e.       Membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
f.       Membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tidak komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.

1.5.  Kaum Alexandrian
Kaum alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa, dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang bisebut tata bahasa dionysius thrax. Buku itu sering disebut tata bahasa tradisonal. Jadi cikal bakal tata bahasa tradisonal berasal dari buku dionysius thrax.

2.      Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman yunani, sejarah jatuhnya Yunani, dan munculnya zaman Romawi:
Ø  Varro dan “de lingua latina
Dalam bukunya “De Lingua Latina”, Varro masih memperdebatkan masalah analogi dan anomali buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis.
a.       Etimologi, adalah cabang lingustik yang meyelidiki asal usul kata beserta artinya, dan  perubhan bunyi misalnya, kata duellum menjadi belum yang artinya perang. perubahan makna misalnya kata hostis yang semula berarti orang asing kemudian menjadi musuh.
b.      Morfologi, adalah cabang lingustik yang mempelajari kata dan pembentukannya menurut Varro kata adalah bagian dari ucapan tidak dapat dibedakan lagi, yang nerupakan bentuk minimum. Varro membagi tiga kelas kata latin dalam empat bagian, yaitu :
1.      Kata benda, termasuk kata sifat yakni kata yang berinfleksi kasus.
2.      Kata kerja, kata yang membuat peryatan yang berinfleksi tense.
3.      Partisipel, kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja ) berinfleksi kasus dan tense.
4.      Adverbium, kata yang mendukung (anggota bawah dari kata kerja) tidak berinfleksi.
Tentang kasus dalam bahasa latin menurut Varro ada enam, yaitu: (1)nominativus, yaitu bentuk primer atau pokok; (2) genetivus, yaitu bentuk yang menyatakan kepunyaan; (3) dativus, yaitu bentuk yang menyatakan menerima; (4)akusativus, yaitu bentuk yang menyatakan objek; (5) vokatikus, yaitu bntuk sebagai sapaan atau panggilan; dan (6) ablativus, yaitu bentuk yang menyatakan asal.

Ø  Institutiones Grammaticae (tata bahasa Priscia)
Buku Priscia ini merupakan buku tata bahasa latin yang paling lengkap dan merupakan tonggak pembicaraan bahasa tradisional. Buku ini berisikan tentang:
a.        Fonologi : membicarakan istilah Litterae (yaitu bagian terkecil bunyi yang dapa diartikan)
b.      Morfologi: membicarakan istilah Dictio (yaitu bagian minimum ujaran yang harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan).
c.       Sintaksis: membicarakan istilah Oratio (yaitu tata susun kata berselaras yang menunjukkan kalimat itu selesai)

3.      Zaman Pertengahan
Yang dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain :
a.       Peranan Kaum Modistae
Masih membicarakan pertentang fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat leguler dan bersifat unversal.
b.      Tata Bahasa Spekulativa
Menurut tata bahasa spektulativa kata tidak secara langsung  mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.
c.       Perus Hispanus
           Perannya dalam linguistik :
1.      Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. Membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi yaitu pembedaan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
2.      Membedakan nomen atas dan macam, yaitu nomen substan tivum dan nomen adjectivum.
3.      Membedakan partes dan orationes categoremetik dan syntategorematik

4.      Zaman Renaisans
Dianggap sebagai zaman pembukaan abad  pemikiran abad modern. Dalam     sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang menonjol :
1.      Penguasaan bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu (Latin, Yunani, Ibrani, Arab).
2.      Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan juga perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak di pelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa Kitab Suci agama Islam, yaitu Al-Qur’an, yang menurut pendapat kebanyakan Ulama Islam tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa lain.
Ada 2 aliran Linguistik Arab:
1.                            Aliran Basra (mendapat pengaruh konsep dari zaman Yunani) sehingga mengacu pada kereguleran dan kestatisan bahasa. Ad-Duali menjadi pelopor aliran bahasa Bashrah. Meski demikian, banyak peneliti yang menyebut bahwa Al-Khalil bin Ahmad adalah pendiri sintaksis Arab. Usaha Al-Khalil inilah yang kemudian dipakai Sibawaih dalam merumuskan sintaksis tradisional.
2.                            Aliran Kufah (menganut paham anomali) mengacu pada keanekaragaman bahasa. Didirikan oleh Abu Ja’far Al-Ru’asih yang merupakan murid dari Isa bin Umar dan Abu Amr bin A’la. Tokoh terpenting dalam aliran ini adalah al-Kisa’i(189 H) dan al-Farra’ (206 H)
Tokoh Arab Sibawaihi, dalam bukunya Al-‘Ayn, membagi kata menjadi : ismun (nomen), fi’lun (verbum), harfun (partikel). Sementara itu, disisi lain, bahasa Eropa, serta bahasa diluar Eropa, lingua franca (bahasa antarbangsa) digunakan untuk kegiatan politik, perdagangan dan sebagainya.
Selain 2 aliran  besar ini mencul pula aliran Baghdad yang berusaha menengahi antara 2 kubu dan memilih pendapat yang terbaik diantara keduanya. Aliran Baghdad dipelopori oleh Ibn Kaisan (299 H) danal-Zajjaji (337 H) dan Abu Ali al-Fasi.
5.      Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman reneisans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya.

C.    Linguistik Modern
1.      Linguistik Abad 19
Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1.                Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2.                Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3.                 Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4.                Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5.                Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6.                Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7.                Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8.                Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9.                Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10.            Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11.            Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12.            Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan.
13.            Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.

Ciri linguistik abad 19 sebagai berikut:
1.      Penelitian bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun non Roman.
2.      Bidang utama penelitian adalah linguistik historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa dalam bahasa Italia dan Spanyol.
3.      Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.

4.      Linguistik Abad 20
Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:
1.      Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.
2.      Pendekatan dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.
3.      Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.
4.      Penelitian teoretis sangat berkembang.
5.      Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang.
6.      Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis
Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok pemikiran Saussure:
1.      Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2.      Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3.      Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4.      Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
5.      Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6.      Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7.       Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8.      Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului. 
Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867). 
Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics.
Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.
Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu. Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem.
Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951). Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.



















PENUTUP
A.    Kesimpulan
Linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan. Namun semua itu akan menambah wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguistik.





DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Abd. Syukur Ibrahim, dkk. 1985. Aliran-Aliran Linguistik. Surabaya. Usaha Nasional
Hidayatullah, Moch. Syarif.2012. Cakrawala Lingistik Arab. Tanggerang Selatan. Al-kitabah.
http://nurulsimois.wordpress.com/2012/01/21/linguistik-dan-sejarahnya/

0 komentar:

Posting Komentar