A.
Pendahuluan
Kamus adalah sejenis buku rujukan
yang menerangkan makna kata-kata yang berfungsi membantu seseorang mengetahui
makna suatu kalimat. Setiap kamus memiliki gaya dan sistematika yang
berbeda-beda dalam penyusunan mufrodatnya.
Dalam kamus bahasa Arab banyak
metode yang digunakan untuk menjelaskan makna, diantaranya dengan antonim,
sinonim, beberapa kata, bahasa lain, majaz, konteks dan menggunakan gambar. Hal
seperti itu tidak lain mempunyai tujuan untuk memudahkan pengguna kamus,
menambahkan wawasan dan perbendaharaan kosakata dalam berbagai bahasa,
khususnya bahasa Arab.
Dengan demikian, penulis akan
membahas terkait metode penjelasan kata dalam kamus-kamus yang telah disusun
oleh beberapa ilmuan besar.
Setelah menentukan rumusan masalah,
maka rumusan masalah pada pada makalah ini adalah bagaimana cara menjelaskan
kata dalam kamus. Adapun tujuan penulisan makalah ini
yaitu memberikan penjelasan yang disertai contoh agar pembaca dapat memahami
secara penuh dalam pembahasan ini.
B.
Cara Menjelaskan Kata Dalam Kamus
Setiap
kamus memiliki cara tersendiri dalam menjelaskan arti kata di dalam kamus
tersebut. Cara yang digunakan oleh pengarang kamus dalam menjelaskan makna,
menjadi ciri khusus kamus tersebut. Dalam pembuatan kamus, terdapat beberapa
teknik dalam menjelaskan makna kata pada kamus tersebut.
Metode
yang dapat digunakan untuk menjelaskan makna kata dalam kamus bahasa Arab
dibagi menjadi tujuh bagian,[1] yaitu:
1)
Menjelaskan kata dengan lawan kata
2)
Menjelaskan kata dengan satu kata
3)
Menjelaskan kata dengan beberapa kata
4)
Menjelaskan kata dengan bahasa lain
5)
Menjelaskan kata dengan majaz
6)
Menjelaskan kata sesuai konteks
7)
Menjelaskan kata dengan gambar
1.
Menjelaskan kata dengan lawan kata (antonim)
Menjelaskan kata dengan lawan kata
adalah menjelaskan arti kata dengan menyebutkan perbedaan makna kata
atau biasa disebut antonim. Misalnya Blomvid menyatakan kesulitan dalam
menjelaskan kata الحب, akan tetapi kami mendapati makna kata tersebut dalam kamus
لسان العرب , kata cinta diartikan sebagai
lawan dari kebencian. Beberapa ilmuan mengatakan bahwa definisi
seperti itu tidak tepat atau kurang akurat, akan tetapi ada pula yang
mengatakan definisi tersebut memang benar atau boleh jadi akurat. Sebagian ahli
bahasawan modern, menolak pernyataan yang berlebihan dalam mendefinisikan makna
kata dalam kamus.[2]
Pada bagian ini, kata yang
diterjemahkan dengan lawan kata biasanya ditandai dengan adanya keterangan dari
salah salu empat kata berikut, yaitu الذي
لا, نقيض, ضد, خلاف.
a. Contoh dengan menggunakan kata نقيض :
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
شك
|
نقيض
اليقين
|
|
العلم
|
نقيض الجهل
|
Pengetahuan kebalikan dari kebodohan
|
b. Contoh dengan menggunakan kata ضد :
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
النور
|
ضد الظلمة
|
Cahaya lawan kata dari kegelapan
|
الجنوب
|
ضد
الشمال
|
Selatan lawan kata dari Utara
|
c. Contoh dengan menggunakan kata خلاف :
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
ضعف
|
خلاف قوة
|
Lemah lawan kata kuat
|
معروف
|
خلاف منكر
|
Kebaikan lawan kata kebatilan
|
d. Contoh dengan menggunakan kata الذي لا :
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
عدل
|
الذي لا يميل به الهواء في الحكم
|
Adil lawan kata dari menggunakan nafsu
dalam menetapkan hukum
|
عجم
|
الذي لا يفصح
|
Orang non-Arab adalah lawan dari orang asli
arab
|
2.
Menjelaskan kata dengan satu kata (sinonim)
Menjelaskan kata dengan satu kata
adalah teknik kamus yang menjelaskan makna kata di dalamnya dengan menggunakan
satu kata saja atau biasa disebut dengan sinonim. Teknik ini menjelaskan sebuah
kata dengan menyebutkan padanan makna kata tersebut. Kamus jenis ini tidak hanya
didominasi oleh kamus Arab ke Arab saja. Namun, banyak juga ditemukan pada
kamus terjemahan
dari bahasa satu ke bahasa yang lainanya. Misalnya, kamus bahasa Arab ke bahasa
Indonesia.
Sebagian besar kamus yang beredar di
masyarakat, menjelaskan satu kata dengan satu kata yang lain, seperti dalam kamus منجد
(عربي – عربي).[4]
Contoh:
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
تكبر
|
جبخ
|
sombong = sombong
|
عطاء
|
شكد
|
pemberian = pemberian
|
3.
Menjelaskan kata dengan beberapa kata
Kamus-kamus terdahulu menggunakan
metode menjelaskan makna dengan cara menguraikan atau menggunakan ibarat dan
biasanya dilengkapi dengan salah satu al-mafatihu at-tafsiriyyah atau
alat untuk mengemukakan makna seperti: أي
, إذا, الذي هو ما. Teknik ini biasanya digunakan dalam
kamus-kamus modern, diantaranya معجم
الوسيط
dan المعجم العربي الأساسي. Contoh:
Kata
|
Makna
|
Penjelasan bahasa Indonesia
|
مركوب
ج مراكيب
|
كل ما يركب من
الحيوان أو غيره
|
Kendaraan : adalah segala sesuatu
yang dapat dinaiki seperti hewan dan lain sebagainya.
|
عيد
|
العيد الذي
يعقب صوم رمضان
|
Idul Fitri : adalah hari raya yang
datang setelah bulan Ramadhan.
|
4.
Menjelaskan kata dengan bahasa lain
Seperti yang
diketahui, kamus bahasa Arab hanya dialihkan dalam satu bahasa saja. Dalam
kamus-kamus terdahulu, jika menjumpai kata yang meragukan, berpandangan bahwa
kata yang dimaksudkan adalah kata dari bahasa Persia. Adapun kamus modern
seperti المعجم
الوسيط, banyak
kata yang dialihkan ke dalam bahasa lain yaitu bahasa Arab dan Yunani yang
bertujuan menyampaikan pesan dari asal katanya.[5]
Contoh:
Kata
|
Makna
|
Keterangan
|
فكتورية
|
Viktoria
|
Berasal dari bahasa Prancis
|
التليباتي
|
Telepathy
|
Berasal dari bahasa Inggris
|
Beberapa
kamus ada yang menjelaskan kata di dalamnya dengan menggunakan satu bahasa.
Namun, ada kalanya makna kata di dalam kamus tersebut dijelaskan dengan bahasa
lain. Kamus seperti ini biasanya dibutuhkan untuk proses penerjemahan dan untuk
memahami bahasa sumber. Banyak sekali contoh kamus jenis ini, misalnya kamus المنور, العصر dan
kamus Hans Wehr.
5.
Menjelaskan kata dengan majas
Teknik ini
digunakan dalam menjelaskan dan menunjukkan kebenaran arti dari suatu majaz
dengan menggunakan kamus. Cara ini banyak digunakan atau diterapkan pada kamus أساس البلاغة karya Zamkhasyari.[6]
Contoh:
Kata
|
Makna
|
Contoh Majaz
|
قفخ
|
ضرب لبشيء
اليابس
|
قفخا على الهام وبحا وخضا
|
6.
Menjelaskan kata dengan konteks
Seperti kata
dalam kamus memiliki pemaknaan khusus dalam konteks tertentu atau dalam bidang
ilmu tertentu, karena terdapat hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Menjelaskan kata dalam kamus dengan mempertimbangkan konteks dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
a. Konteks Bahasa
Menjelaskan kata dengan konteks bahasa yaitu menjelaskan makna kata
dengan menggunakan atau melihat konteks yang dipilih olehnya. Dengan
ditambahkan sebuah penjelas, dan membantu menjelaskan makna yang dimaksud.[7]
Contoh:
Kata
|
Makna
|
(طاب)
الشيء _ طيبا وطيبة : زكا و طهر ... و _ عنه نفسا : تركه. و في التنزيل العزيز :
( فإن طبن لكم عن شيء منه نفسا) ...
|
طاب memiliki makna
berkembang dan bersih. Tapi, jika dilihat dalam konteks al-qur’an surah
an-Nisa ayat 4 kata طاب diartikan تركه menyerahkan/meninggalkan.[8]
|
b. Konteks Sosial
Menjelaskan kata dengan konteks sosial adalah cara yang sangat
penting, karena dengan ini dapat memberikan makana atau arti kata yang tepat
sesuai dengan fakta sosial yang terjadi. Dan kata yang disebutkan mengarahkan
kita kepada konteks sesuai keadaan yang sedang eksis atau sedang berlangsung di
masyarakat.[9]
Contoh:
Kata
|
Makna
|
مرحبا
|
مرحبا isim
mashdar dari kata رحب yang berarti
luas. Namun, dalam budaya dan adat bangsa Timur Tengah menggunakan kata
tersebut untuk memberikan penghormatan ketika mendatangi suatu tempat yang
berarti selamat datang.
|
c.
Konteks sebab atau kasual
Menjelaskan makna kata dengan
mempertimbangkan konteks sebab adalah menjelaskan makna kata yang disebutkan
dalam kamus menggunakan pertimbangan konteks yang digunakan pada gaya bahasa,
yang berkaitan dengan nahwu atau tata bahasa di dalamnya.
Contoh:
Kata
|
Makna
|
Contoh
|
سرح
|
وهو يدل على
الإنطلاق
|
أو سرحوهن
بمعريق (البقرة : 231)[10]
|
Cara ini biasanya ditandai dengan kata-kata berikut: إن, للأن, ما, إنما dan sedikit penggunaan
kata لما.
Penggunaan uslub ini banyak sekali ditemukan di berbagai kamus.
Seperti kamus Maqayis al-lughawi, kamus Lisan al-Arab, dan lain-lain.[11]
7.
Menjelaskan kata dengan menggunakan gambar
Pada sebuah kamus, biasanya terdapat
beberapa atau seluruh kata di dalamnya dijelaskan dengan menggunakan gambar.
Cara ini merupakan cara terbaru dalam menjelaskan karlta dalam kamus. Dengan
gambar, pengguna kamus dapat lebih mudah dalam mencari makana kata dalam sebuah
kamus. Bahkan pembaca dapat mengetahui secara detile makana dari sebuah kata
yang dicarinya.
Teknik ini dilakukan dengan cara
melukiskan sebuah gambar, lalu.memberi nomor pada gambar tersebut, kemudian
menyebutkan lafadz sebuah bahasa sesuai gambar yang ada. Kemudian menyebutkan
beberapa kata yang lain yang masih berkaitan dengan gambar tersebut.[12]
Contoh kata الفيل adalah hewan yang menyusui, bergading, berkaki besar, berkulit
tebal, berbulu abu-abu, berdaun telinga lebar, dan hidup menggerombol. Pada
penjelasan makna kata gajah tersebut, masih belum jelas dan dapat memberikan
kesalahpahaman bagi pengguna kamus yang belum pernah melihat gajah, maupun yang
baru pertama kali menemukan kata gajah.
Contoh:
Dengan adanya penjelasan dengan
menggunakan gambar gajah, maka pengguna kamus dapat memahami makana kata gajah
secara jelas, dan memungkinkan pengguna kamus dapat menemukan istilah atau nama
lain dari kata atau hewan gajah tersebut di daerahnya. Tenik
menjelaskan makana dengan menggunakan gambar ini tidak hanya digunakan pada
kamus bahasa Arab saja. Namun, banya kamus non-Arab juga yang menggunakan
teknik ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Faraji, Muhammad
Ahmad. Al-Ma’ajim Al-Lughawiyah Fi Dhoui Dirasah Ilmi Al-Lughah Al-Hadisah.
Bairut: Dar An-Nahdhoh Al-‘Arabiyah, 1996.
Abu Umar,
Syahabuddin. Mu’jam Al-Maqoyis fi Al-Lughah. Bairut: Darul Fikri, 1994.
Ali, Atabik dan
Ahmah Zuhdi Muhdlor. Al-‘Ashri. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998.
Bin Manzur, Jamaluddin
Muhammad Bin Mukarrom. Lisan Al-‘Arob. Bairut: Dar As-Sodir, 1990.
Kosim, Riyad
Zaky. Al-Mu’jam Al-‘Arabiy Bahusu Al-Maddah Wa Al-Manhaj Wa At-Tatbiq. Bairut:
Dar El-Marefah, 1987.
Majma’
Al-Lughah Al-‘Arobiyyah. Al-Mu’jam Al-Wasit. Mesir: Darul Ma’arif, 1973.
[1] Riyad Riyad
Zaki, Al-Mu’jam Al-‘Arabiy Bahusu Al-Maddah Wa Al-Manhaj Wa At-Tatbiq,
(Bairut: Dar El-Marefah, 1987) hal. 247
[2] Muhammad Ahmad Abu Faraji, Al-Ma’ajim
Al-Lughawiyah Fi Dhoui Dirasah Ilmi Al-Lughah Al-Hadisah, (Bairut: Dar
An-Nahdhoh Al-‘Arabiyah, 1966) hal.102
[3] Jamaluddin Muhammad Bin Mukarrom Bin Manzur, Lisan
Al-‘Arob, (Bairut: Dar As-Sodir,1990) hal. 451
[4] Muhammad Ahmad Abu Faraji, Al-Ma’ajim Al-Lughawiyah Fi Dhoui Dirasah
Ilmi Al-Lughah Al-Hadisah, (Bairut: Dar An-Nahdhoh Al-‘Arabiyah, 1966) hal.106
[5] Muhammad Ahmad Abu Faraji, Al-Ma’ajim Al-Lughawiyah Fi Dhoui Dirasah
Ilmi Al-Lughah Al-Hadisah, (Bairut: Dar An-Nahdhoh Al-‘Arabiyah, 1966) hal.108
[6] Riyad Riyad Zaki, Al-Mu’jam Al-‘Arabiy Bahusu
Al-Maddah Wa Al-Manhaj Wa At-Tatbiq, (Bairut: Dar El-Marefah, 1987) hal.
250
[8] Majma’ Al-Lughah Al-‘Arobiyyah, Al-Mu’jam
Al-Wasit, (Mesir: Darul Ma’arif, 1973) hal. 573
[9] Riyad Riyad Zaki, Al-Mu’jam Al-‘Arabiy Bahusu
Al-Maddah Wa Al-Manhaj Wa At-Tatbiq, (Bairut: Dar El-Marefah, 1987) hal.
254
[10] Syahabuddin Abu Umar, Mu’jam Al-Maqoyis fi
Al-Lughah, (Bairut: Darul Fikri, 1994) hal. 514
[11] Riyad Riyad Zaki, Al-Mu’jam Al-‘Arabiy Bahusu
Al-Maddah Wa Al-Manhaj Wa At-Tatbiq, (Bairut: Dar El-Marefah, 1987) hal.
253
[12]
Muhammad Ahmad Abu Faraji, Al-Ma’ajim Al-Lughawiyah Fi Dhoui Dirasah Ilmi
Al-Lughah Al-Hadisah, (Bairut: Dar An-Nahdhoh Al-‘Arabiyah, 1966)
hal.123-126
[13] Atabik Ali dan Ahmah Zuhdi Muhdlor, Al-‘Ashri,
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998) hal. 1381
0 komentar:
Posting Komentar