PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu.
Namun, bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga
sudah meninggalkan bahasa Melayu yang merupakan bahasa Induk. Perkembangan bahasa
Indonesia tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah penyerapan
bentuk asing di luar bahasa Indonesia baik dalam kata maupun dalam bentuk
struktur pembentuk dan perkembangan struktur bentuk itu berkenaan dengan
pemakaian bahasa.
Salah satu bentuk struktur yang
mengalami perkembangan dalam hal perkembangan struktur bentuk adalah bentuk
reduplikasi atau kata ulang. Reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa
Indonesia terjadi baik pada tataran fonologis, morfologis, maupun dalam tataran
sintaksis. Reduplikasi dalam tataran fonologis tidak mengalami perubahan makna
sehingga belum dapat dikatakan sebagai sebuah kata ulang yang sesungguhnya. Hal
ini terjadi karena pengulangannya hanya pada pengulangan bunyi bukan pada
pengulangan leksem. Lain halnya pada reduplikasi morfologis yang pengulangannya
terjadi pengulangan leksem.
Reduplikasi merupakan bentuk yang
unik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan klasifikasi pada
teori bahasa. Meskipun bentuknya kelompok kata, tetapi masih dikelompokkan
menjadi sebuah kata, bukan frasa.
Melihat keunikan reduplikasi tersebut, pemakalah akan membahas tentang reduplikasi morefemis. Pembahasan akan difokuskan pada makna, jenis reduplikasi morfemis dan pembentukan reduplikasi.
Melihat keunikan reduplikasi tersebut, pemakalah akan membahas tentang reduplikasi morefemis. Pembahasan akan difokuskan pada makna, jenis reduplikasi morfemis dan pembentukan reduplikasi.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalh
sebagai berikut:
1)
Definisi
reduplikasi
2)
Jenis-jenis
Reduplikasi morfemis
3.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari makalah ini, adalah:
1)
Mengetahui
dan memahami pengertian reduplikasi
2)
Mengetahuai
dan memahami pembagian reduplikasi morfemis.
PEMBAHASAN
1.
Definisi Reduplikasi
Reduplikasi merupakan istilah dalam ilmu Bahasa yang berarti
mengulangi seluruh kata atau sebagian dengan atau tidak disertai awalan maupun
akhiran, perubahan huruf hidup, yang bermaksud memperkuat makna, menjadikan
jamak, menghidupkan, dan sebagainya. Contoh: baik-baik, tergesa-gesa,
bersahut-sahutan, dan lain sebagainya.[1]
Ada tiga macam
bentuk reduplikasi, yaitu reduplikasi fonologis, reduplikasi morfemis, dan
reduplikasi sintaksis.[2] Reduplikasi
fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya bersifat
fonologis artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem.[3] Misalnya
dada, tubi-tubi, dan kupu-kupu termasuk reduplikasi
fonologis karna bentuk dasarnya bukan dari da, tubi, dan kupu.[4]
Reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang
diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dan reduplikasi
sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasil satuan yang
berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan morfologi. Contoh, asam-asam
dimakannya juga mangga itu.
Selain pembagian
atas tiga macam reduplikasi, gejala yang sama dapat pula dibagi atas:
1)
Dwipurwa,
adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contoh: tetangga,
lelaki, tetamu, sesama.
2)
Dwilingga,
adalah pengulangan leksem. Contoh: rumah-rumah, makan-makan, pagi-pagi.
3)
Dwilingga
salin swara adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contoh:
mondar-mandir, pontang-panting, bolak-balik,corat-coret.
4)
Dwiwasana
adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh: pertama-tama,
perlahan-lahan, berkali-kali.
5)
Trilingga
merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Contoh: hatiku dag-dig-dug
menunggu kedatangannya di rumah. Ibu-ibu itu lebih suka cas-cis-cus dalam Bahasa Belanda daripada berbahasa
Indonesia.[5]
2.
Reduplikasi Morfemis
2.1
Reduplikasi
pembentuk verba
1)
Dwilingga V → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Sebaiknya beres-beres
dari sekarang.
Jangan bongkar-bongkar
lagi, semua sudah teratur rapi.
2)
Dwilingga
V
→ V ‘sambil lalu, kurang sungguh-sungguh (deintensif)’
Jangan bawa-bawa
nama saya dalam perkara ini.
3)
Dwilingga N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kami cuma keliling-keliling
di kebun the.
4)
Kombinasi me- + R V →V ‘sungguh-sungguh
(intensif)’
Tina, jangan
suka mengada-ada. Lama kelamaan tidak ada orang yang mempercayaimu.
5)
Kombinasi me- + R Adv → V ‘sambil lalu,
kurang sungguh-
sungguh(deintensif)’
Kalau ada orang
yang menawar, maka ia akan mengagak-agak harga rumahnya.
6)
Kombinasi me- + R N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kucing itu mencakar-cakar
pintu rumah.
7)
Kombinasi
di- + R V → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Jangan diangkat-angkat
lagi barang yang sudah kuletakkan itu.
8)
Kombinasi di- + R N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Habis sudah
majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
9)
Kombinasi ber- + R Adv → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Ia beragak-agak
mengenai peristiwa ini.
10)
Kombinasi ber- + R V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Dahulu kala
nenek moyang kita hidupnya berpindah-pindah.
11)
Kombinasi ber- + R A → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kami melihat
sebuah helikopter berpusing-pusing di atas lokasi kecelakaan.
12)
Kombinasi ber- + R N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Jangan berbisik-bisik,
bicara yang keras.
13)
Kombinasi ter- + R V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Barang itu
cepat rusak karena sering terbanting-banting.
14)
Kombinasi
ter- + R N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Mereka tertawa-tawa
setelah mendengar berita kemenangannya.
15)
Kombinasi ter- + R A → V ‘sungguh-sungguh (deintensif)’
Pria ini selalu
tergila-gila pada wanita bermata biru.
16)
Kombinasi me- + R + -kan V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Jangan mengharap-harapkan
impian yang muluk itu menjadi kenyataan.
17)
Kombinasi di- + R + -kan V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Ceritanya itu
hanya diada-adakan, jangan percaya.
18)
Konfiks R + -an V → V ‘berbalasan (resiprokal)’
Kedua kakak
beradik itu sering bermain cubit-cubitan.
19)
Konfiks R + -an V → V ‘sambil lalu, kurang sungguh-sungguh
(deintensif)’
Adik suka tidur-tiduran
di lantai.
20)
Konfiks
R + -an Num → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Pasangan yang
sedang mabuk cinta itu dua-duan saja.
21)
Konfiks V → V ‘berbalasan (resiprokal)’
Pada hari Natal
para kenalan antar-mengantar hadiah.
22)
Konfiks
ber- + R + -an N → V → V ‘berbalasan , sungguh-sungguh
(resiprokal, intensif)
Rama dan Sinta
sedang bercinta-cintaan di taman.
23)
Konfiks ber- + R + -an V → V ‘berbalasan , sungguh-sungguh
(resiprokal, intensif)’
Kedua anak itu berpukul-pukulan
memperebutkan sebatang coklat.
2.2
Reduplikasi
pembentuk ajektiva
1)
Dwilingga A → A ‘yang mempunyai sifat itu
lebih dari satu’
Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2)
Dwilingga A → A ‘pasti (iteratif)’
Saya di sini sehat-sehat
saja, Bu.
3)
Dwilingga + -an A → A ‘berkali-kali (iteratif)’
Karena sudah
tua ia sakit-sakitan.
4)
Dwilingga
+ -an N → A ‘ketidakpastian’
Kamu tidak
boleh mengerjakan soal ujian itu secara untung-untungan.
5)
Dwilingga + -an A → A ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Keadaan rumah
itu acak-acakan setelah ditinggal penghuninya selama satu tahun.
6)
Dwilingga + -an V → A ‘tidak sungguh-sungguh’
Belajarnya ogah-ogahan,
bagaimana bias dapat angka bagus?
7)
Dwilingga salin swara – ‘sungguh-sungguuh
(interatif)’
Dia larinya pontang
panting di kejar anjing.
8)
Konfiks R + infiks V → A
Keris in pusaka
turun-temurun keluarga kami.
2.3
Reduplikasi
pembentuk nomina
1)
Dwilingga N→N ‘jamak’
Rumah-rumah di Jakarta tidak diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan
semrawut.
Pohon-pohon di sepanjang sungai Batanghari sangat rimbun.
2)
Dwilingga
salin swara N→N
‘bermacam-macam’
Penduduk desa
itu bertanam sayur-mayur.
3)
Dwilingga salin swara Adv→N ‘bermacam-macam’
Acara serba-serbi
pengetahuan di radio swasta itu paling banyak peminatnya.
4)
Dwilingga
salin swara V→N
‘bermacam-macam’
Corat-coret di tembok memberi kesan lingkungan yang kotor.
5)
Dwipurwa
N→N ‘jamak’
Rerumputan basah kena embun pagi.
6)
Dwipurwa
N→N (makna tidak
berbeda)
Tetamu dipersilahkan mencicipi hidangan alakadarnya.
7)
Konfiks R + inviks N→N ‘variasi’
Jari-jemarinya
sangat lentik.
8)
Konfiks Dwipurwa + -an V→N ‘segala macam’
Jangan bermain di
dekat reruntuhan bangunan itu.
9)
Konfiks
R –an V → N ‘segala macam
yang di-’
Ramuan-ramuan ini dapat menyembuhkan penyakit rematik.
10)
Konfiks R –an A → N ‘segala macam yang
di-’
Bulu romaku
setiap mencium bau-bauan di malam jum’at.
11)
Dwilingga
A → N ‘bermacam-macam’
Ia menjelaskan pelik-pelik
bahasa Indonesia dengan panjang lebar.
12)
Dwipurwa A → N ‘yang dianggap’
Leluhur bangsa Indonesia adalah orang-orang pemberani.
13)
Dwilingga
Int→N ‘tidak tentu’
Coba kamu
tanyakan siapa-siapa saja yang ikut ujian Negara.
14)
Dwilingga
N istilah kekerabatan → N
‘yang bertindak sebagai’
Anak muda itu
berjalan seperti kakek-kakek.
15)
Dwilingga
N → N ‘menyerupai’
Langit-langit
rumah kami sedang diperbaiki.
16)
Kombinasi
R + -an N → N ‘bermacam-macam’
Kamu harus
banyak makan sayur-sayuran supaya sehat.
17)
Konfiks
R + -an N → N ‘yang mirip’
Ibunya sering
membelikannya mobil-mobilan.
18)
Konfiks
R + -an N→N ‘melakukan sesuatu mirip dengan sifat’
Sifatnya yang angin-anginan
itu mengesalkan teman-teman wanitanya.
19)
Konfiks
R + -an N→N ‘kumpulan berbagai jenis’
Kacang panjang,
buncis dan kacang polong adalah golongan tumbuhan biji-bijian.
20)
Konfiks
Dwipurwa + -an N→N ‘kumpulan’
Dedauan yang berserakan itu harus segera dibersihkan.
21)
Dwilingga
N→N (kolektif) ‘banyak dan
tidak bernilai baik (agak negatif)’
Jangan biarkan Jepang-Jepang
itu menguasai daerah kita.
22)
Dwilingga
N→N (kolektif) ‘banyak dan
bernilai baik (jamak positif)’
Kita dapat
menemukan Kartini-Kartini pada saat ini.
2.4
Reduplikasi
pembentuk pronominal
1)
Dwilingga
Pr → Pr ‘dramatisasi’
Mereka menyebut
kita-kita ini orang bodoh.
2)
Dwilingga Pr → Pr ‘meremehkan’
Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2.5
Reduplikasi
pembentuk adverbial
1)
Dwilingga
N → Adv ‘sungguh-sungguh
(intensif)’
Ia berangkat ke
kantor pagi-pagi sekali.
2)
Dwilingga
Pr → Adv ‘berulang-ulang
(frekuentatif)’
Kami berjanji
untuk pergi ke pesta sendiri-sendiri.
3)
Dwilingga
Num → Adv ‘berulang-ulang
(frekuentatif)’
Kerjakan tiga-tiga
supaya cepat selesai.
4)
Dwilingga
A → Adv ‘sungguh-sungguh’
Bicaralah baik-baik
pasti dia akan memaklumi persoalanmu.
5)
Dwilingga
V → Adv ‘ketidakpastian’
Umurnya kira-kira
27 tahun.
6)
Dwilingga
Adv → Adv ‘dengan
sungguh-sungguh’
Hampir-hampir saja ia tertabrak sebuah mobil.
7)
Dwilingga
Adv→Adv ‘berkali-kali’
Lagi-lagi ia mengulangi perbuatannya yang menyakiti hatiku.
8)
Dwiwasana
Num → Adv ‘sungguh-sungguh’
Jangan sekali-kali
kau masuk dalam kehidupanku.
9)
Dwiwasana
Adv → Adv ‘sungguh-sungguh’
Dia
meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
2.6
Reduplikasi
pembentuk interogativa
R + -an Int → Int ‘keheranan’
Apa-apaan kamu datang ke rumah saya larut malam begini.
2.7
Reduplikasi
pembentuk numeralia
Konfiks ber- + R Num → Num ‘beberapa’
Berpuluh-puluh
mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.[6]
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Reduplikasi merupakan istilah dalam ilmu Bahasa yang berarti
mengulangi seluruh kata atau sebagian dengan atau tidak disertai awalan maupun
akhiran, perubahan huruf hidup, yang bermaksud memperkuat makna, menjadikan
jamak, menghidupkan, dan sebagainya. Contoh: baik-baik, tergesa-gesa,
bersahut-sahutan, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis reduplikasi morfemis ada
tujuh macam, yaitu reduplikasi pembentuk nomina, pembentuk verba, pembentuk
adjektiva, pembentuk nomina, pembentuk Promina, adverbial, interogativa, dan
pembentuk numeralia.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.
2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Rineka Cipta
Kridalaksana,
Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T.
Gramedia Pustaka Utama
Sutarna, dkk.
2007. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
-. 1984. Ensiklopedi
Indonesia. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve
[1] Ensiklopedi
Indonesia. (Jakarta: P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve,1984), jilid 5, halaman
2856.
[2]
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
(Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2009), cetakan kelima, halaman 88.
[3]
Ibid.
[4]
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia. (Jakarta: P.T. Rineka Cipta,
2008), halaman 179.
[5]
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
(Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2009), cetakan kelima, halaman 89-90.
[6]
Ibid. halaman 91-99.
0 komentar:
Posting Komentar