Jumat, 04 September 2015

REDUPLIKASI MORFEMIS



PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu. Namun, bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga sudah meninggalkan bahasa Melayu yang merupakan bahasa Induk. Perkembangan bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah penyerapan bentuk asing di luar bahasa Indonesia baik dalam kata maupun dalam bentuk struktur pembentuk dan perkembangan struktur bentuk itu berkenaan dengan pemakaian bahasa.
Salah satu bentuk struktur yang mengalami perkembangan dalam hal perkembangan struktur bentuk adalah bentuk reduplikasi atau kata ulang. Reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa Indonesia terjadi baik pada tataran fonologis, morfologis, maupun dalam tataran sintaksis. Reduplikasi dalam tataran fonologis tidak mengalami perubahan makna sehingga belum dapat dikatakan sebagai sebuah kata ulang yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena pengulangannya hanya pada pengulangan bunyi bukan pada pengulangan leksem. Lain halnya pada reduplikasi morfologis yang pengulangannya terjadi pengulangan leksem.
Reduplikasi merupakan bentuk yang unik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan klasifikasi pada teori bahasa. Meskipun bentuknya kelompok kata, tetapi masih dikelompokkan menjadi sebuah kata, bukan frasa.
Melihat keunikan reduplikasi tersebut, pemakalah akan membahas tentang reduplikasi morefemis. Pembahasan akan difokuskan pada makna, jenis reduplikasi morfemis dan  pembentukan reduplikasi.

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalh sebagai berikut:
1)      Definisi reduplikasi
2)      Jenis-jenis Reduplikasi morfemis

3.      Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari makalah ini, adalah:
1)      Mengetahui dan memahami pengertian reduplikasi
2)      Mengetahuai dan memahami pembagian reduplikasi morfemis.


























PEMBAHASAN

1.      Definisi Reduplikasi
Reduplikasi merupakan istilah dalam ilmu Bahasa yang berarti mengulangi seluruh kata atau sebagian dengan atau tidak disertai awalan maupun akhiran, perubahan huruf hidup, yang bermaksud memperkuat makna, menjadikan jamak, menghidupkan, dan sebagainya. Contoh: baik-baik, tergesa-gesa, bersahut-sahutan, dan lain sebagainya.[1]
            Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu reduplikasi fonologis, reduplikasi morfemis, dan reduplikasi sintaksis.[2] Reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya bersifat fonologis artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem.[3] Misalnya dada, tubi-tubi, dan kupu-kupu termasuk reduplikasi fonologis karna bentuk dasarnya bukan dari da, tubi, dan kupu.[4] Reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dan reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasil satuan yang berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan morfologi. Contoh, asam-asam dimakannya juga mangga itu.
            Selain pembagian atas tiga macam reduplikasi, gejala yang sama dapat pula dibagi atas:
1)      Dwipurwa, adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contoh: tetangga, lelaki, tetamu, sesama.
2)      Dwilingga, adalah pengulangan leksem. Contoh: rumah-rumah, makan-makan, pagi-pagi.
3)      Dwilingga salin swara adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contoh: mondar-mandir, pontang-panting, bolak-balik,corat-coret.
4)      Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh: pertama-tama, perlahan-lahan, berkali-kali.
5)      Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Contoh: hatiku dag-dig-dug menunggu kedatangannya di rumah. Ibu-ibu itu lebih suka cas-cis-cus  dalam Bahasa Belanda daripada berbahasa Indonesia.[5]

2.      Reduplikasi Morfemis
2.1  Reduplikasi pembentuk verba
1)      Dwilingga             V → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
Jangan bongkar-bongkar lagi, semua sudah teratur rapi.
2)      Dwilingga             V → V ‘sambil lalu, kurang sungguh-sungguh (deintensif)’
Jangan bawa-bawa nama saya dalam perkara ini.
3)      Dwilingga             N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kami cuma keliling-keliling di kebun the.
4)      Kombinasi             me- + R V →V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Tina, jangan suka mengada-ada. Lama kelamaan tidak ada orang yang mempercayaimu.
5)      Kombinasi             me- + R Adv → V ‘sambil lalu, kurang sungguh-              sungguh(deintensif)’
Kalau ada orang yang menawar, maka ia akan mengagak-agak harga rumahnya.
6)      Kombinasi             me- + R  N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kucing itu mencakar-cakar pintu rumah.
7)      Kombinasi             di- + R  V → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Jangan diangkat-angkat lagi barang yang sudah kuletakkan itu.
8)      Kombinasi             di- + R  N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
9)      Kombinasi             ber- + R  Adv → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Ia beragak-agak mengenai peristiwa ini.
10)  Kombinasi             ber- + R  V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Dahulu kala nenek moyang kita hidupnya berpindah-pindah.
11)  Kombinasi             ber- + R  A → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Kami melihat sebuah helikopter berpusing-pusing di atas lokasi kecelakaan.
12)  Kombinasi             ber- + R  N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Jangan berbisik-bisik, bicara yang keras.
13)  Kombinasi             ter- + R  V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Barang itu cepat rusak karena sering terbanting-banting.
14)  Kombinasi             ter- + R  N → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Mereka tertawa-tawa setelah mendengar berita kemenangannya.
15)  Kombinasi             ter- + R  A → V ‘sungguh-sungguh (deintensif)’
Pria ini selalu tergila-gila pada wanita bermata biru.
16)  Kombinasi             me- + R + -kan  V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Jangan mengharap-harapkan impian yang muluk itu menjadi kenyataan.
17)  Kombinasi             di- + R + -kan  V → V ‘berkali-kali (iteratif)’
Ceritanya itu hanya diada-adakan, jangan percaya.
18)  Konfiks                 R + -an  V → V ‘berbalasan (resiprokal)’
Kedua kakak beradik itu sering bermain cubit-cubitan.
19)  Konfiks                 R + -an  V → V ‘sambil lalu, kurang sungguh-sungguh (deintensif)’
Adik suka tidur-tiduran di lantai.
20)  Konfiks                 R + -an  Num → V ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Pasangan yang sedang mabuk cinta itu dua-duan saja.
21)  Konfiks                 V → V ‘berbalasan (resiprokal)’
Pada hari Natal para kenalan antar-mengantar hadiah.
22)  Konfiks                 ber- + R + -an  N → V → V ‘berbalasan , sungguh-sungguh (resiprokal, intensif)
Rama dan Sinta sedang bercinta-cintaan di taman.
23)  Konfiks                 ber- + R + -an  V → V ‘berbalasan , sungguh-sungguh (resiprokal, intensif)’
Kedua anak itu berpukul-pukulan memperebutkan sebatang coklat.

2.2  Reduplikasi pembentuk ajektiva
1)      Dwilingga             A → A ‘yang mempunyai sifat itu lebih dari satu’
Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2)      Dwilingga             A → A ‘pasti (iteratif)’
Saya di sini sehat-sehat saja, Bu.
3)      Dwilingga             + -an  A → A ‘berkali-kali (iteratif)’
Karena sudah tua ia sakit-sakitan.
4)      Dwilingga             + -an  N → A ‘ketidakpastian’
Kamu tidak boleh mengerjakan soal ujian itu secara untung-untungan.
5)      Dwilingga             + -an  A → A ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Keadaan rumah itu acak-acakan setelah ditinggal penghuninya selama satu tahun.
6)      Dwilingga             + -an  V → A ‘tidak sungguh-sungguh’
Belajarnya ogah-ogahan, bagaimana bias dapat angka bagus?
7)      Dwilingga             salin swara – ‘sungguh-sungguuh (interatif)’
Dia larinya pontang panting di kejar anjing.
8)      Konfiks                 R + infiks  V → A
Keris in pusaka turun-temurun keluarga kami.

2.3  Reduplikasi pembentuk nomina
1)      Dwilingga             N→N ‘jamak’
Rumah-rumah di Jakarta tidak diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan semrawut.
Pohon-pohon di sepanjang sungai Batanghari sangat rimbun.
2)      Dwilingga             salin swara N→N ‘bermacam-macam’
Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
3)      Dwilingga             salin swara Adv→N ‘bermacam-macam’
Acara serba-serbi pengetahuan di radio swasta itu paling banyak peminatnya.
4)      Dwilingga             salin swara V→N ‘bermacam-macam’
Corat-coret di tembok memberi kesan lingkungan yang kotor.
5)      Dwipurwa                         N→N ‘jamak’
Rerumputan basah kena embun pagi.
6)      Dwipurwa                         N→N (makna tidak berbeda)
Tetamu dipersilahkan mencicipi hidangan alakadarnya.
7)      Konfiks                 R + inviks   N→N ‘variasi’
                              Jari-jemarinya sangat lentik.
8)      Konfiks                 Dwipurwa + -an   V→N ‘segala macam’
                              Jangan bermain di dekat reruntuhan bangunan itu.
9)      Konfiks                 R –an V → N ‘segala macam yang di-’
Ramuan-ramuan ini dapat menyembuhkan penyakit rematik.
10)  Konfiks                 R –an A → N ‘segala macam yang di-’
Bulu romaku setiap mencium bau-bauan di malam jum’at.
11)  Dwilingga             A → N ‘bermacam-macam’
Ia menjelaskan pelik-pelik bahasa Indonesia dengan panjang lebar.
12)  Dwipurwa             A → N ‘yang dianggap’
Leluhur bangsa Indonesia adalah orang-orang pemberani.
13)  Dwilingga             Int→N ‘tidak tentu’
Coba kamu tanyakan siapa-siapa saja yang ikut ujian Negara.
14)  Dwilingga             N istilah kekerabatan → N ‘yang bertindak sebagai’
Anak muda itu berjalan seperti kakek-kakek.
15)  Dwilingga             N → N ‘menyerupai’
                              Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
16)  Kombinasi             R + -an  N → N ‘bermacam-macam’
Kamu harus banyak makan sayur-sayuran supaya sehat.
17)  Konfiks                 R + -an  N → N ‘yang mirip’
Ibunya sering membelikannya mobil-mobilan.
18)  Konfiks                 R + -an  N→N ‘melakukan sesuatu mirip dengan sifat’
Sifatnya yang angin-anginan itu mengesalkan teman-teman wanitanya.
19)  Konfiks                 R + -an  N→N ‘kumpulan berbagai jenis’
Kacang panjang, buncis dan kacang polong adalah golongan tumbuhan biji-bijian.
20)  Konfiks                 Dwipurwa + -an  N→N ‘kumpulan’
Dedauan yang berserakan itu harus segera dibersihkan.
21)  Dwilingga             N→N (kolektif) ‘banyak dan tidak bernilai baik (agak negatif)’
Jangan biarkan Jepang-Jepang itu menguasai daerah kita.
22)  Dwilingga             N→N (kolektif) ‘banyak dan bernilai baik (jamak positif)’
Kita dapat menemukan Kartini-Kartini pada saat ini.

2.4  Reduplikasi pembentuk pronominal
1)      Dwilingga             Pr → Pr ‘dramatisasi’
Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
2)      Dwilingga             Pr → Pr ‘meremehkan’
Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2.5  Reduplikasi pembentuk adverbial
1)      Dwilingga             N → Adv ‘sungguh-sungguh (intensif)’
Ia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
2)      Dwilingga             Pr → Adv ‘berulang-ulang (frekuentatif)’
Kami berjanji untuk pergi ke pesta sendiri-sendiri.
3)      Dwilingga             Num → Adv ‘berulang-ulang (frekuentatif)’
Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
4)      Dwilingga             A → Adv ‘sungguh-sungguh’
Bicaralah baik-baik pasti dia akan memaklumi persoalanmu.
5)      Dwilingga             V → Adv ‘ketidakpastian’
Umurnya kira-kira 27 tahun.
6)      Dwilingga             Adv → Adv ‘dengan sungguh-sungguh’
Hampir-hampir saja ia tertabrak sebuah mobil.
7)      Dwilingga             Adv→Adv ‘berkali-kali’
Lagi-lagi ia mengulangi perbuatannya yang menyakiti hatiku.
8)      Dwiwasana           Num → Adv ‘sungguh-sungguh’
Jangan sekali-kali kau masuk dalam kehidupanku.
9)      Dwiwasana           Adv → Adv ‘sungguh-sungguh’
                              Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.

2.6  Reduplikasi pembentuk interogativa
R + -an  Int → Int ‘keheranan’
Apa-apaan kamu datang ke rumah saya larut malam begini.

2.7  Reduplikasi pembentuk numeralia
Konfiks                 ber- + R  Num → Num ‘beberapa’
                              Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.[6]













PENUTUP

1.      Kesimpulan
Reduplikasi merupakan istilah dalam ilmu Bahasa yang berarti mengulangi seluruh kata atau sebagian dengan atau tidak disertai awalan maupun akhiran, perubahan huruf hidup, yang bermaksud memperkuat makna, menjadikan jamak, menghidupkan, dan sebagainya. Contoh: baik-baik, tergesa-gesa, bersahut-sahutan, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis reduplikasi morfemis ada tujuh macam, yaitu reduplikasi pembentuk nomina, pembentuk verba, pembentuk adjektiva, pembentuk nomina, pembentuk Promina, adverbial, interogativa, dan pembentuk numeralia.



















Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama

Sutarna, dkk. 2007. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

-. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve




[1] Ensiklopedi Indonesia. (Jakarta: P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve,1984), jilid 5, halaman 2856.
[2] Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2009), cetakan kelima, halaman  88.
[3] Ibid.
[4] Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia. (Jakarta: P.T. Rineka Cipta, 2008), halaman 179.
[5] Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2009), cetakan kelima, halaman  89-90.
[6] Ibid. halaman 91-99.

0 komentar:

Posting Komentar