KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahnya kepada kita
semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas karya tulis yang
diberi judul “Kerajaan-kerajaan pada Masa Hindu-Budha” ini ialah suatu
karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja sama kelompok dimana tugas ini
merupakan prasyarat dari aspek penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Dalam penyelesain karya
tulis ini , penulis banyak mengalami kesulitan , terutama disebabkan oleh
kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena hanya mengandalkan
pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun karya tulis. Pada
akhirnya karya tulis ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak
kekurangan.
Penyusunan karya tulis
ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Septiana Fajri
Semoga Allah SWT selalu
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua ,
amin.
Penulis menyadari bahwa
tugas karya tulis ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala
saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa
mendatang.
Harapan penulis semoga
penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………………………..…….......1
Daftar Isi ……………………………………………………………………….…….2
BAB I. Pendahuluan …………………………………………………………………3
1.1 LatarBelakang…………………………………………………..…….....................3
1.2 Tujuan Penulis ………………………………………………….............................3
1.3 Sumber Data …………………………………………………….............................3
BAB II. Pembahasan dan Isi ……………………………………………………..….4
2.1. Kerajaan Kutai...........................................................................................................4
2.2. Kerajaan Tarumanegara.............................................................................................5
Daftar Isi ……………………………………………………………………….…….2
BAB I. Pendahuluan …………………………………………………………………3
1.1 LatarBelakang…………………………………………………..…….....................3
1.2 Tujuan Penulis ………………………………………………….............................3
1.3 Sumber Data …………………………………………………….............................3
BAB II. Pembahasan dan Isi ……………………………………………………..….4
2.1. Kerajaan Kutai...........................................................................................................4
2.2. Kerajaan Tarumanegara.............................................................................................5
2.3.
Kerajaan Pajajaran ....................................................................................................6
2.4. Kerajaan Melayu........................................................................................................7
2.5. Kerajaan Sriwajaya...................................................................................................8
2.6 Kerajaan Kalingga....................................................................................................9
2.4. Kerajaan Melayu........................................................................................................7
2.5. Kerajaan Sriwajaya...................................................................................................8
2.6 Kerajaan Kalingga....................................................................................................9
2.7 Kerajaan Mataram....................................................................................................10
2.8 Kerajaan Medang Kamulan.....................................................................................11
2.9 Kerajaan Kediri........................................................................................................13
2.10 Kerajaan Singasari...................................................................................................14
2.11 Kerajaan Majapahit.................................................................................................15
2.12 Kerajaan Bali...........................................................................................................16
BAB III. Penutup ……………………………………………………………….......18
a. Simpulan ……………………………………………………………….................18
b. Saran . ……………………………………………………………...……....….....18
BAB III. Penutup ……………………………………………………………….......18
a. Simpulan ……………………………………………………………….................18
b. Saran . ……………………………………………………………...……....….....18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pada umumnya banyak terdapat
kerajaan di Indonesia ini. Mulai dari yang bercorak Islam hingga yang bercorak
Hindu-Budha. Pada kali ini kita akan lebih mendalami tentang kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha.
1.2 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tugas ini dibuat sebagai wujud dari pertanggung jawaban kami
atas tugas yang diberikan oleh guru pengampu sebagai syarat untuk
memenuhi aspek penilaian mata pelajaran Bahasa Indonasia.
Selain itu tugas ini juga ditujukan untuk :
1.
Mengetahui beberapa kerajaan pada masa Hindu-Budha
1.3 Sumber Data
1.4.1 Tinjauan pustaka tentang kenakalan remaja
melalui web internet
BAB II
PEMBAHASAN
Berdirinya
Kerajaan Kutai

Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur
yang merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu
tulis yang disebut Yupa yang mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa
Sanskerta tersebut diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti
Yupa tersebut merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu
Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah kalimantan timur.
Tidak banyak informasi mengenai
Kerajaan Kutai. Hanya 7 buah prasasti Yupa terseubt lah sumbernya. Penggunaan
nama Kerajaan Kutai sendiri ditentukan oleh para ahli sejarah dengan mengambil
nama dari tempat ditemukannya prasasti Yupa tersebut.
Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas kedermawanan
Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, Raja yang baik dan kuat yang
merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah
memberikan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali
didirikan oleh Kudungga kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan
mencapai puncak kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para
ahli sejarah nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum tepengaruh
oleh kebudayaan Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama
Hindu atas dasar kata 'warman' pada namnya yang merupakan kata yang berasal
dari bahasa Sanskerta.
Kejayaan
Kerajaan Kutai
Tidak banyak informasi mengenai
Kerajaan Kutai yang temukan. Tetapi menurut prasasti Yupa, puncak kejayaan
Kerajan Kutai berada pada masa kepemerintahan Raja Mulawarman. Pada masa
pemerintahan Mulawarman, kekuasaan Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh
wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan Kutai pun hidup sejahtera dan
makmur.
2. KERAJAAN TERUMANAGARA

merupakan
kerajaan Hindu tertua ke dua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanagara atau
Kerajaan Tarum merupakan kerajaan yang berkuasa di wilayah barat pulau Jawa
pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.
Kata Tarumanagara berasal dari
kata Tarum dan Nagara. Tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa
Barat yang sekarang bernama sungai Citarum dan kata Nagara yang diartikan
sebagai negara atau kerajaan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Jawa
Barat, yaitu membentang dari Banten, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon..
Kejayaan Kerajaan Tarumanagara
Kejayaan Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara mencapai
puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman. Dimasa kepemerintahan
Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan menaklukan
kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara
hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu Raja Purnawarman
juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang kerjaana, peraturan angkatan
perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja Purnawarman juga
dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya.
Keruntuhan
Kerajaan Tarumanagara
Raja ke-12 Tarumanagara,
Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya bernama Dewi Manasih
yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang kemudian menjadi
isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian
Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa
kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke kerajaanya sendiri
yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan kemudian mengganti
Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
3.KERAJAAN PAJAJARAN

Kerajaan Pajajaran merupakan salah
satu Kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Barat, dan beribu kota di Bogor.
Beberapa sumber menjelaskan bahwa Kerajaan ini didirikan pada tahun 923 M oleh
Sri Jayabhupati, telah disebutkan juga dalam Prasasti Sanghyang Tapak di
kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, Suka Bumi. Wilayah kekuasaannya meliputi
provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat da sebagian Jawa Tengah sekarang.
Sejarah Kerajaan Pajajaran
Awal Mula berdirinya Kerajaan
Padjajaran yaitu setelah wafatnya Wastu Kancana pada tahun 1475, mengikuti alur
sejarah galuh. Ini terjadi karena kerajaan galuh dibagi menjadi dua selepas
perginya Rahyang Wastu Kencana, Prabu Susuktunggal dan Dewa Niskala adalah dua
bagian dari kerajaan galuh yang memiliki tingkat setara.
Kerajaan Pajajaran yang berada di
Bogor berada dibawah kekuasan pemerintahan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan)
serta Kerajaan Galuh yang mencakup Parahyangan bertempat di Kawasan Kawali
berada dibawah kekuasaan Dewa Niskala. Keduanya tidaklah memperoleh gelar Prabu
Siliwangi dikarenakan kekuasaan mereka tidaklah mencakup seluruh tanah Sunda,
beda halnya ketika Prabu Siliwangi pertama yang diduduki oleh Rahyang Wastu dan
Prabu Wangi sebelum mereka.
4. KERAJAAN MELAYU

Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan tertua di Sumatra.
Menurut berita Cina, ketika I-Tsing akan pergi ke India, selain singgah di
Jawa ia juga singgah di Sumatra. Salah satunya adalah di Kerajaan Melayu.
Namun, ketika pada tahun 692 ia kembali dari India dan singgah di Sumatra,
Kerajaan Melayu telah ditaklukkan oleh Sriwijaya. Berita lain dari Cina
menyebutkan bahwa pada tahun 644 datang utusan dari negeri Mo-lo-yeu ke
Cina untuk membawa hasil bumi sebagai persembahan dan
perkenalan. Bukti lain keberadaan Kerajaan Melayu adalah kitab
Negarakertagamadan Pararaton yang menyebutkan bahwa Raja Kertanegara
(Singasari) mengirim pasukan tentaranya ke Melayu dalam Ekspedisi Melayu
untuk mempererat persahabatan Singasari – Melayu dalam rangka menghadapi
ancaman Cina yang saat itu dipimpin Kubhilai Khan. Dalam ekspedisi itu
Raja Kertanegara mempersembahkan arca Buddha Amogapasa yang
kemudian ditempatkan di Dharmasraya. Pemberian ini membuat Raja Melayu,
Sri Manliwarmadewa sangat senang. Wilayah kekuasaannya meliputi Jambi dan
dekat Selat Malaka.
Kerajaan Melayu sempat hilang dari pemberitaan dan baru muncul
kembali sebagai kerajaan merdeka di masa pemerintahan
Raja Adityawarman pada abad ke-14. Adityawarman adalah keturunan
keluarga Majapahit yang sebelum menjadi raja di Melayu sempat
menjabat sebagai Wredha Menteri (Menteri Tua) pada masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi. Sebagai raja, ia bergelar Aryadewa
Rajapu Aditya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Melayu mencapai
kejayaan. Kekuasaannya sampai di Pagarruyung, Sumatra Barat, dan ibu
kotanya dipindahkan ke Minangkabau sekarang. Salah satu peninggalannya
adalah candi Muara Takus. Candi ini bercorak Buddha sebab Adityawarman
adalah seorang penganut Buddha.
5.KERAJAAN SRIWIJAYA

Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berdiri pada abad
ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan Bukit di Palembang (682).
Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera. Nama
Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa "Sri" yang artinya
bercahaya dan "Wijaya" berarti kemenangan sehingga dapat diartikan
dengan kemenangan yang bercahaya atau gemilang. Wilayah kekuasaannya membentang
dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir
Kalimantan.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berjaya
pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia
Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara,
diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam,
dan Filipina. Sriwijaya menjadi pengendali rute perdaganagan lokal yang
mengenakaan bea cukai kepadaa setiap kapal yang lewat. Hal ini karena Sriwijaya
menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya
juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang
melayani pasar Tiongkok dan India.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya
mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala
menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut
bandar-bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan
pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala tidak
untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang
yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu,
kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah
bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad
ke-13.
Kerajaan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari
sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa
Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur,
kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan
naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan
Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui
dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima,
yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong
tangannya.
Pengaruh kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti diketemukannya prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M. Disebutkan dalam prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah perdikan yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit sekarang menjadi Ngupit. Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti Upit/Yupit sekarang disimpan di kantor purbakala Jateng di Prambanan.
Pengaruh kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti diketemukannya prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M. Disebutkan dalam prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah perdikan yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit sekarang menjadi Ngupit. Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti Upit/Yupit sekarang disimpan di kantor purbakala Jateng di Prambanan.
Pemerintahan
dan Kehidupan Masyarakat
Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Shima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil.
7.KERAJAAN
MATARAM KUNO

terletak di Jawa Tengah dengan intinya
yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan
gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing,
Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga
dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo
dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur. Wilayah
kekuasaannya meliputi Jawa Tengah.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah
Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu.
Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian
berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra
berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di
Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian
utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan.
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal
berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang).
Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah
Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu
(masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke
daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa
Timur sekarang.
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
8.KERAJAAN MEDANG KAMULAN

A.
Letak dan Sumber Sejarah
Kerajaan Medang Kamulan berdiri saat Mpu
Sindok menantu Wawa memindahkan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur dikarenakan
letusan Gunung Merapi, gempa vulkanik, dan hujan material vulkanik yang membuat
kacau banyak daerah di Jawa Tengah.
Kerajaan
Mataram di Jawa Timur ini kemudian sering disebut kerajaan Medang Kamulan. Mpu Sindok
merupakan penguasa baru di Jawa Timur mendirikan wangsa Isyana. Wilayah
kekuasaannya meliputi jawa timur.
B.
Kondisi Kerajaan
a.
Segi Pemerintahan
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 –
949 M. Setelah itu raja yang memerintah secara berturut-turut adalah Sri
Isyanatunggawijaya, Sri Makutawangsawardhana lalu selang kemudian, muncul Raja
Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud
menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan
peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja Wora-Wari (sekutu Kerajaan Sriwijaya)
pada saat pesta pernikahan Airlangga dan Putri Dharmawangsa di mana istana Raja
Dharmawangsa hancur.
Pengganti Dharmawangsa adalah
Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur
Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu.
Airlangga sendiri berhasil melarikan diri saat peristiwa Pralaya ke hutan
wonogiri (Prasasti Calcuta) ditemani oleh Mpu Narotama.
b.
Segi Sosial Budaya
Hasil sastra yang terkenal adalah Buku
Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa. Ada juga Kitab Budha berjudul Sang Hyang
Kamahayanikan yang beraliran Tantrayana. Kitab ini ditulis oleh pujangga
bernama Sri Sambhara Suryawarana.
c.
Segi Ekonomi
Dengan pelabuhannya yang ramai, yaitu Hujung
Galuh dan Tuban kegiatan perdagangan di Kerajaan Medang Kamulan menjadi faktor
utama yang menopang Laju perekonomian. Banyak pedagang dari luar negeri yang
datang untuk berdagang di sana.
d.
Segi Agama
Mpu Sindok sangat menghargai Toleransi agama,
terbukti dengan pemberian hadiah berupa desa Sri Sambhara Suryawarana karena
menulis kitab Sri Sambhara Suryawarana, yang notabene adalah Kitab Budha aliran
Tantrayana (percampuran antara ajaran Budha dan Hindu aliran Siwa). Mpu sindok
sendiri menganut agama Hindu aliran Siwa. Pada masa pemerintahan Airlangga juga
berkembang agama Hindu aliran Siwa dan Budha. Namun Airlangga yang beragama
Hindu aliran Wisnu tetap menghargai toleransi
C.
Keruntuhan
Pada
akhir pemerintahannya Airlangga
membagi dua kerajaannya yaitu
menjadi Jenggala dan Kediri. Pembagian dilakukan oleh Empu BharadaJenggala
diberikan kepada Samarawijaya dengan ibukotanya adalah Daha. Adapun Kediri
diberikan kepada Mapanji Garasakan dengan ibukotanya adalah Kahuripan. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi perselisihan untuk mementukan siapa yang berkuasa
antara dua pangeran tersebut. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap
hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga akhirnya wafat pada tahun 1049 M.
9.KERAJAAN KEDIRI

Sejarah kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. Wilayah kekuasaannya meliputi Kediri dan Madiun sekarang.
Masa
Kejayaan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja
Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah
meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh
Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai Kerajaan
Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari
kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri
paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya
daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di Kediri
cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani
pada masa itu.
Runtuhnya
Kerajaan Kediri
Kerajaan
Kediri runtuh pada masa pemerintahaan Raja Kertajaya, dimana terjadi
pertentangan antara raja dengan Kaum Brahmana. Raja Kertajaya dianggap
melanggar agama dengan memaksakan mereka menyembah kepadanya sebagai dewa. Kaum
Brahmana meminta pertolongan kepada Ken Arok, pemimpin daerah Tumapel yang ingin
memisahkan diri dari Kediri. Kemudian terjadilah perang antara rakyat Tumapel
yang dipimpin Ken Arok dengan Kerajaan Kediri. Akhirnya pada tahun 1222 Masehi,
Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya dan Kerajaan Kediri menjadi wilayah
bawahan Tumapel atau Singhasari.
Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha (putra Kertajaya) sebagai bupati Kediri. Jayasabha digantikan oleh putranya Sastrajaya pada tahun 1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya Jayakatwang (1271). Jayakatwang berusaha ingin membangun kembali Kerajaan Kediri dengan memberontak Kerajaan Singhasari yang dipimpin Kertanegara. Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh Jayakatwang.
Namun, kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Setelah itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri. Demikian lengkap sudah pembahasan terkait Sejarah Kerajaan Kediri, semoga bermanfaat.
Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha (putra Kertajaya) sebagai bupati Kediri. Jayasabha digantikan oleh putranya Sastrajaya pada tahun 1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya Jayakatwang (1271). Jayakatwang berusaha ingin membangun kembali Kerajaan Kediri dengan memberontak Kerajaan Singhasari yang dipimpin Kertanegara. Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh Jayakatwang.
Namun, kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Setelah itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri. Demikian lengkap sudah pembahasan terkait Sejarah Kerajaan Kediri, semoga bermanfaat.
10. KERAJAAN SINGASARI

Singasari
adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di
hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia. Pada abad ke-13, Singasari
hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti. Keadaan ini lambat laun
berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa
Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan
Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi.
Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja serta
mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Baru
kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama
Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota
kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292
Masehi. Wilayah kekuasaannya meliputi
daerah Singasari dan Malang.
11. KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan
Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang didirikan oleh
Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan kuno di Indonesia ini berdiri pada tahun
1293-1500 Masehi. Kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya ini dianggap
sebagai salah satu negara tersbesar sepanjang sejarah Indonesia. Dimana wilayah
kekuasaannya meliputi, Sumatera, Bali, Borneo, dan Filipina.
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Asal mula berdirinya Kerajaan Majapahit yakni adanya serangan dari Jayakatwang (Adipati Kediri) yang berhasil membunuh Kertanegara (penguasa Kerajaan Singasari terakhir) akibat menolak pembayaran upeti. Kemudian Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Raden Wijaya diberikan hutan Tarik oleh Aryawiraraja sebagai daerah kekuasaanya kemudian dijadikan desa baru yang diberi nama “Majapahit”.
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya berada dibawah kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389 M). Berdasarkan isi Kitab Negerakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit pada masa itu hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga. Namun, terdapat satu daerah yang tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit, yakni Kerajaan Sunda dengan penguasa Sri baduga Maharaja. Ketika Hayam Wuruk ingin menjadikan Diah Pitaloka (Putri Sri baduga Maharaja) sebagai permaisuri, Gajah Mada tidak menyetujuinya. Gajah Mada menginginkan putri Sri baduga Maharaja dipersembahkan kepada Majapahit sebagai upeti. Terjadilah salah paham yang melahirkan peperangan yang pada akhirnya Sri Baduga gugur dan putri Sunda bunuh diri.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Asal mula berdirinya Kerajaan Majapahit yakni adanya serangan dari Jayakatwang (Adipati Kediri) yang berhasil membunuh Kertanegara (penguasa Kerajaan Singasari terakhir) akibat menolak pembayaran upeti. Kemudian Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Raden Wijaya diberikan hutan Tarik oleh Aryawiraraja sebagai daerah kekuasaanya kemudian dijadikan desa baru yang diberi nama “Majapahit”.
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya berada dibawah kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389 M). Berdasarkan isi Kitab Negerakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit pada masa itu hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga. Namun, terdapat satu daerah yang tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit, yakni Kerajaan Sunda dengan penguasa Sri baduga Maharaja. Ketika Hayam Wuruk ingin menjadikan Diah Pitaloka (Putri Sri baduga Maharaja) sebagai permaisuri, Gajah Mada tidak menyetujuinya. Gajah Mada menginginkan putri Sri baduga Maharaja dipersembahkan kepada Majapahit sebagai upeti. Terjadilah salah paham yang melahirkan peperangan yang pada akhirnya Sri Baduga gugur dan putri Sunda bunuh diri.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Runtuhnya Kerajaan Majapahit akibat
terjadi perang saudara antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana pada tahun
tahun 1405-1406 M. Selain itu, adanya pergantian raja yang menjadi perdebatan
pada tahun 1450-an dan terjadi pemberontakan besar-besaran pada tahun1468 M
oleh seorang bangsawan. Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad
ke-14 dan awal abad ke-15.
12.KERAJAAN BALI

Sejarah kerajaan Bali merupakan salah satu
bagian dari sejarah kehidupan masyarakat bali secara keseluruhan. Bagian
pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa
itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan daerah
kekuasaan mereka. Kerajaan Bali pertama pada saat itu kemungkinan bernama
Kerajaan Bedahulu dan dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit
runtuh, kerajaan Gelgel mengambil alih, dan dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung
setelahnya. Pada masa Klungkung, terjadi perpecahan yang menyebabkan kerajaan
Klungkung terbagi menjadi delapan buah kerajaan kecil yang juga dikenal di Bali
sebagai swapraja. Wilayah kekuasaannya meliputi sekitar Bali.
Sejarah Kerajaan
Bali
Meskipun tidak banyak yang tahu tentang sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau yang biasa juga disebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar, Kerajaan Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya, kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
Meskipun tidak banyak yang tahu tentang sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau yang biasa juga disebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar, Kerajaan Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya, kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya banyak terdapat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia. Namun ada sisi positif dan negatif, tugas kita adalah mengambil
semua hal positif yang dapat kita pelajari dan meninggalkan hal negatif yang
dapat membawa keburukan bagi kita semua.
B. Saran
Agar dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah kita dapat agar dapat bermanfaat bagi kita
semua.
0 komentar:
Posting Komentar